Selasa, 22 November 2011

Kunanti bumi yang Memerah Darah

Oleh: Mawie (seniman Lekra)
Bintang Timur, 21 Maret 1965 (beberapa bulan sebelum peristiwa G30S)

Bulan arit di langit
Napas terkatung di Ciliwung
Anak kecil nangis di pangkuan
Seorang perempuan
Wajahnya hanyut ke laut
Sejak ia datang dari pinggiran kota
Dibawa sungai kehidupan


Malam itu ia petik kecapi
Bersama nyanyi
Ciliwung airnya memerah
Walaupun merah hidup tampaknya
Kunanti bumi memerah darah
Kuserahkan engkau kepadanya

Diciumnya si kecil dalam badungan
Dinantinya si kecil dalam kandungan

Tidurlah anak, jangan menangis
Kecapi dan nyanyi sudah berhenti
Kalau kau lihat malam menipis
Angin dingin datang menari

Bulan arit di langit
Cinta dan kasih
Bergelimpangan di jalanan
Mawar dan wajah
Menanti bumi merah

Ciliwung mengalir
Kesayangan mencair
Derita dan sengsara
Bertengkar sejak lama

Malam ini dia petik kecapi
Bersama nyanyi
Ciliwung airnya memerah
Walaupun merah hidup nampaknya
Kunanti bumi memerah darah
Kuserahkan engkau kepadanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar