Kamis, 13 Oktober 2011

Karl Marx: Teori Kelas

Menurut Karl Marx, seluruh pelaku utama dari perilaku masyarakat adalah kelas-kelaas sosial. Masih menurut Marx dalam karya Manifesto Komunisnya, sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas, kelas yang ‘tinggi’ akan selalu menindas kelas yang ‘rendah’ dengan berbagai cara, dan akan selalu seperti itu. Maka, untuk membebaskan segala bentuk penindasan tersebut haruslah dilakukan melalui sebuah perjuangan kelas. Permasalahannya, Marx tidak pernah sekalipun menguraikan pemikirannya tentang teori ini melalui sebuah tulisan. Namun, teori perjuangan kelas ini termuat secara implisit dalam semua teorinya yang eksplisit.


Apa Itu Kelas Sosial?
Secara sederhana, kelas sosial adalah golongan dalam masyarakat, tentu dengan kriteria tertentu. Menurut Lenin, kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. namun, menurut Marx sendiri, kelas sosial merupakan gelaja khas masyarakat feodal, dimana mereka menyadari diri sebagai kelas, suatu golongan khusus dalam masyarakat, dan memiliki kepentingan-kepentingan spesifik serta mau memperjuangkannya.

Kelas Atas dan Kelas bawah
Menurut Karl Marx, pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu, melainkan kelas-kelas sosial. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka, dimana ada kelas-kelas yang berkuasa serta kelas-kelas yang dikuasai. Disinilah pengertian dari kelas atas dan kelas bawah menurut Marx.

Kedua kelas sosial tersebut sebetulnya saling membutuhkan: buruh hanya dapat bekerja apabila pemilik modal membuka tempat kerja baginya, dan majikan hanya akan beruntung jika mesin-mesin dan pabrik-pabrik diproses oleh buruh. Namun, meskipun si majikan tidak mempunyai keuntungan kalau pabriknya tidak berjalan, ia masih dapat hidup dari modal yang dikumpulkannya. Dengan demikian, kelas majikan adalah kelas yang kuat dan buruh adalah kelas yang lemah. Dan memang pada hakikatnya hubungan antara kelas atas dan kelas bawah adalah hubungan penghisapan atau eksploitasi.

Individu, Kepentingan Kelas, dan Revolusi
Pertentangan antara kelas buruh dan kelas majikan terletak pada kepentingan kedua kelas tersebut yang sama sekali berlainan. Pada kelas majikan, kepentingan mereka tidak lain adalah mengusahakan laba sebanyak mungkin agar dapat mempertahankan diri di pasar bebas. Dan dengan sendirinya para majikan akan memaksakan biaya serendah mungkin kepada para buruh. Begitu pula sebaliknya, buruh berkepentingan untuk memperoleh upah sebesar-besarnya, jam kerja minimum, menguasai kondisi pekerjaan, lalu pada akhirnya mengambil alih pabrik tempat mereka bekerja dari tangan pemilik.

Menurut Marx, kondisi yang seperti ini tidaklah stabil. Kepentingan dua kelas yang tidak dapat diperdamaikan. Tetapi, ketika kekuasaan kelas atas berkurang dan kelas buruh makin kuat, kaum buruh akan dapat memenangkan kepentingan mereka. Revolusi akan terjadi dan hak milik pribadi dihapuskan.

Revolusi tidak lain adalah perubahan dengan cara pertumpahan darah, karena disini jelas bahwa segi yang kuat adalah struktur ekonomi dan bukan tentang moralitas atau segi kesadaran. Perdamaian antar kelas dan perbaikan kedudukan kelas bawah melalui reformasi adalah tidak mungkin. Marxisme menentang segala usaha reformasi tersebut karena menurut paham marxis reformasi hanya akan menguntungkan kelas atas karena mengerem perjuangan kelas bawah untuk membebaskan diri.

Negara Kelas
Menurut Marx, semua sistem ekonomi dan politik telah dikuasai oleh kelas atas, atau bisa disebut sebagai negara kelas, dimana sebuah negara dikuasai oleh golongan tertentu (kelas atas). Karena itu, sampailah Marx pada satu kesimpulan bahwa negara hanyalah kepanjangan tangan dari kelas atas untuk mengamankan status quo mereka. Perspektif negara kelas mungkin dapat menjelaskan mengapa yang biasanya menjadi korban adalah rakyat kecil, meengapa pencuri kecil dihukum lebih berat dari koruptor, mengapa penjara lebih banyak disesaki oleh rakyat kecil, mengapa kelas atas terkesan kebal hukum, dll.

Ideologi
Mengajukan sesuatu sebagai kepentingan umum yang sebenarnya merupakan kepentingan egois pihak yang berpamrih, itulah inti dari apa yang disebut Marx sebagai ideologi. Satu contoh mengenai argumen ini adalah ideologi kapitalisme/liberalisme. Memang, kapitalisme/liberalisme memberikan kesempatan yang sama pada semua orang, namun, ingat, kapitalisme/liberalisme tidaklah memberikan kekuatan yang sama pada setiap orang. Maka yang terjadi adalah kebebasan kelas atas untuk menindas kelas bawah dan kelas bawah pun ‘dengan bebas’ menerima apapun yang diperlakukan terhadapnya.

Selain itu, kritik Marx yang lebih luas tentang ideologi, yang sangat terkenal pula, adalah kritik Marx terhadap agama. Menurut Marx, agama adalah candu rakyat. Candu memang memberikan kepuasan, namun tidak sama sekali merubah realita yang terjadi. Agama menjanjikan ganjaran yang nikmat diakhirat kelak jika orang menerima nasibnya dan bersabar. Maka yang terjadi, dengan agama tersebut kelas bawah bukannya memperjuangkan perbaikan nasib mereka malahan hanya bersabar dan menerima saja apa yang terjadi pada dirinya. Hal ini justru menguntungkan kelas penindas (atas).

Tanggapan
Pertama, yang mesti diingat, Marx selain seorang filsuf besar, juga dia adalah ahli dalam sosiologi dan ilmu ekonomi. Pemikirannya menjadi semacam spirit hingga tokoh macam Tan Malaka dan Sukarno menjadikannya sebagai guru spiritual. Namun, dia juga adalah seorang yang ‘seperti bukan manusia’. Tingkah laku nya berbeda dari kebanyakan orang. Dari sebuah buku tentang freemansory yang pernah saya baca, terlepas dari pemikirannya yang cemerlang, Marx adalah seorang yang sangat jarang ke kamar kecil, apalagi mandi. Juga adalah pribadi yang terasing dari lingkungannya dan gagal dalam membentuk sebuah keluarga. Saya pun akan sangat percaya bahwa Marx tidak akan menjadi Marx yang kita kenal sekarang jikalau tidak ada Engels, sobat karibnya yang terlampau baik yang menanggung seluruh biaya hidup Marx. Hal ini tentu membuat kita jangan terlalu mendewa-dewakan siapapun, secemerlang apapun pemikirannya.

Mengenai ajarannya, terutama dalam perjuangan kelas, ada ganjalan dalam hati saya berupa beberapa pertanyaan tentang teori kelas ini. Pertama, terlihat jelas bahwa menurut Marx, perubahan-perubahan terjadi hanya karena pertentangan kelas berdasarkan struktur ekonomi saja. Dimanakah, misalnya, kaum agamawan dalam perubahan-perubahan ini? Adakah kaum lain selain yang ada dalam struktur masyarakat ekonomi ini terpinggirkan begitu saja dan tidak memiliki kontribusi apapun?

Selain itu, sayapun agak sangsi dengan pernyataan Marx bahwa pertentangan kelas sedemikian hebatnya hingga tak pernah ditemukan suatu keputusan bersama –yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak-, apalagi sampai kepada pernyataan bahwa sejarah manusia adalah sejarah pertentangan kelas.

Khusus untuk pernyataan Marx bahwa agama adalah candu masyarakat, agaknya perlu untuk melihat latar belakang kehidupan Marx. Ayah Marx adalah seorang Yahudi namun dengan mudah pindah agama menjadi Kristen Protestan dengan alasan agar mudah menjadi pengacara. Mungkin Marx melihat suatu keanehan disini, dan perkembangannya memang Marx hanya melihat agama sebagai pelarian masyarakat dari realitas.

Saya memang kurang tahu bagaimana ajaran agama saat itu, namun, apakah ada agama yang tidak mengajarkan adanya suatu usaha untuk mencapai keingian? Sesuatu yang tentu sangat bertentangan dengan anggapan Marx bahwa agama hanya membuat masyarakat lemah dan bersifat pasif, iklas, dan menerima begitu saja apa yang terjadi pada dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar