Jumat, 11 Februari 2011

Blaka

Musuh utama kejujuran bukanlah kebohongan, tapi kepura-puraan. Baik itu pura-pura baik atau pura-pura bohong.

Itulah sepenggal kalimat yang ada di novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto. Dalam sekali makna kalimat itu, bagaimana Arswendo mencoba mendeskripsikan apa yang terjadi sebenarnya di negeri ini. Bagaimana bobroknya negeri ini adalah karena kepura-puraan, bukan saja pemerintah, tetapi semua elemen rakyat, termasuk saya.

Dalam perjalanan negeri ini sudah banyak masa-masa kelam yang dilewati. Dewasa ini masalah Indonesia masih berkutat pada kemiskinan, korupsi, penegakkan hukum yang tebang pilih, dan masalah konflik horizontal antar warga negeri. Jika saja kita bisa jujur pada diri sendiri, sebenarnya semua masalah berpulang pada individu masing-masing. Seorang presiden jika saja mau jujur, blaka pada dirinya, saya yakin dia telah merasa gagal memimpin negeri ini, terlebih lagi dia dipilih langsung oleh rakyat, semakin besarlah amanat yang diembannya. Juga para penegak hukum, para pelaku korupsi, orang-orang yang tidak mengakui perbedaan sebagai suatu hal yang indah, jika saja mereka mau jujur dan berkaca pada diri sendiri meraka pasti akan mengakui bahwa apa yang telah dilakukannya adalah suatu hal yang salah, suatu anomali, nurani mereka saya yakini berontak dengan apa yang mereka lakukan.

Bukankah kita semua terlahir sama? telanjang, suci tanpa dosa. Namun kenapa kita bisa berbuat korupsi? kenapa kita bisa membunuh sesama dan menikmatinya? kenapa kita bisa mencuri? mencontek? menikmati barang haram? memperkosa? memfitnah? Manusia memulai hidup bagai selembar kertas putih, tinggal perjalanan waktu yang menentukan menjadi warna apa kita kelak, apakah menjadi hitam kelam, penuh warna warni, atau yang lain. ketika kita melakukan sebuah kesalahan, nurani kita sejatinya berontak, namun ada sisi lain yang membuat kita membenarkan apa yang kita lakukan dengan berbagai alasan yang nampaknya rasional. Itulah yang disebut kepura-puraan, musuh utama kejujuran.

Seorang yang berbohong akan melakukan pengakuan, blaka, ketika hati nuraninya telah memanggil, tapi bukan berarti dosa dia terhapus, namun ketika dia berbuat blaka maka dia akan menjalani hidup dengan jujur, tanpa kepura-puraan dan akan membuat hidupnya lebih baik. Berbeda dengan seseorang yang melakukan kepura-puraan, baik itu pura-pura jujur atau pura-pura bohong, orang seperti itu akan selalu terjebak dengan sikapnya sendiri. Bersikap jujur, blaka, adalah jawaban dari segala keterpurukan yang ada disini. Coba mengaca, merenungi diri sendiri, ikuti kata hati, karena sesungguhnya kata hatilah yang paling benar. Memang tidak mudah, namun bukanlah suatu hal yang mustahil juga. Blaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar