Jumat, 14 Januari 2011

Kenaikan Cabai dan Aksi Tanggal 17 Januari 2011

Indonesia adalah negara yang berada diantara 2 benua (Asia dan Australia) dan 2 samudera (Hindia dan Pasifik), posisi geografis ini yang membuat Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, hal itu juga yang membuat negara kita dijajah oleh bangsa asing berabad-abad lamanya. Namun, dewasa ini, Indonesia yang ‘katanya’ kaya akan alamnya tidak jarang mengalami krisis pangan seperti yang pernah terjadi pada tahun 2008, tidak jarang juga bahan-bahan pokok yang notabene berasal dari bumi
alam Indonesia mahal harganya dan tidak terjangkau oleh rakyat, apalagi rakyat kecil. Itulah yang terjadi sekarang ini.

Belakangan ini, isu yang menguak adalah kenaikan harga cabai yang mencapai harga 120 ribu/kg, hal ini tentu saja sangat mencekik perekonomian rakyat yang memang sudah tercekik, padahal yang kita tahu cabai merupakan komoditi yang sangat penting baik itu dalam dapur rumahtangga maupun usaha-usaha kecil rakyat seperti warung makan dan usaha-usaha kecil lainnya. Akibatnya, usaha-usaha kecil ini seperti mengalami buah simalakama, satu sisi harga yang dinaikkan pasti akan berakibat berkurangnya konsumen, sedangkan sisi lain jika harga tetap terus dibiarkan begitu saja maka keuntungan yang akan didapat akan berkurang bahkan mungkin akan mengalami kerugian. Seperti penuturan Maryoto, seorang pengusaha makanan asal Gunungkidul “makanan angkringan banyak yang menggunakan cabai karena yang dijual hanya nasi dan sambal. Cabainya mahal, beras mahal, terus kita untungnya dari mana?” (Republika, 10 Januari 2010).

Di tingkat bawah, sekarang memang bukan musim tanam dan musim panen cabai, selain itu cuaca yang tidak menentu juga mempengaruhi stok cabai di pasaran. Namun ini bukanlah suatu alasan logis yang dapat diutarakan pemerintah mengenai kenaikan cabai ini, toh dizaman serba modern ini apakah tidak ada suatu cara untuk menanggulangi? Untuk apa kita punya ahli-ahli tanaman di IPB misalnya jika masalah seperti ini saja tidak dapat diselesaikan? Belum lagi masalah-masalah para tengkulak yang bergentayangan diantara para petani cabai. Sebagai contoh, petani hanya menjual cabai ke para tengkulak seharga 40rb/kg, bahkan para petani ada yang mengaku tidak mengetahui harga cabai sedang meroket di pasaran. Sebenarnya para petani pun dengan terpaksa menjual cabainya ke para tengkulak, karena banyak petani yang memiliki hutang ke para tengkulak sehingga mereka dengan terpaksa menjualnya untuk melunasi hutangnya. Ini juga yang kita soroti, bagaimana lemahnya peran pemerintah sehingga pera tengkulak masih bisa bermain untuk menentukan harga, bagaimana ketidakseriusan pemerintah mengelola KUD yang merupakan ujung tombak perekonomian tingkat desa, bagaimana penerintah hanya mengagung-agungkan pertumbuhan makro Indonesia namun menutup mata akan hal-hal yang dialami rakyat kecil. Apakah rakyat kecil peduli akan pertumbuhan makro, apakah rakyat kecil peduli akan tingkat inflasi, pertumbuhan pasar, dan blablabla? Tidak! Mereka hanya peduli bagaimana sehari-hari perut mereka terisi oleh nasi, hanya itu!

Berangkat dari realitas itulah, kami, Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPERA) menyerukan aksi turun kejalan pada tanggal 17 Januari 2011 untuk mengoreksi, mengkritisi, mengingatkan kembali pemerintah atas kekhilafan mereka, atas kedzoliman mereka terhadap rakyatnya sendiri yang semakin menjadi-jadi belakangan ini, bukan hanya kenaikan harga cabai yang menurut sebagian orang tidak penting namun sangat esensi bagi rakyat kecil, namun juga bagaimana carutmarutnya penegakkan hukum, bagaimana korupsi yang semakin menggurita, bagaimana kelakuan para elit-elit rakus kekuasaan, dan masih banyak lagi masalah yang menjadi penyakit di negara kita ini.

Maka, tuntutan kami pada pemerintah yang akan disampaikan pada 17 Januari 2011 adalah :
1. Turunkan harga pangan
2. Revolusi lembaga-lembaga pemerintah
3. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat
Mari, ikut kami kawan. Sekali lagi, kita akan turun kejalan pada tanggal 17 Januari 2011, kembali kenakan jakunmu yang bersejarah itu! Ingat, jika terjadi kedzoliman dihadapan kita, maka kewajiban kitalah untuk memerangi kedzaliman itu dengan tangan kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar