Di tengah permasalahan pendidikan yang sedang melanda
Indonesia dewasa ini, seperti masih sulitnya pendidikan dijangkau semua
golongan masyarakat, angka buta huruf yang masih tinggi, hingga
kebijakan-kebijakan privatisasi pendidikan a’la kaum neoliberal, ada baiknya
kita mempelajari pemikiran-pemikiran tokoh yang fokus membahas tentang esensi
pendidikan itu sendiri. Dalam esai ini akan dibahas salah satu filsuf yang
memang terkenal dengan pemikiran-pemikirannya dalam bidang pendidikan, Paulo
Freire.
Freire lahir pada 19 September 1921 di Recife, Brazil. Masa
kecilnya dihabiskan dalam kondisi yang serba kekurangan meskipun ia termasuk
kelas menengah. Namun kondisi ini tidak membuat Freire menyerah, Ia berhasil
masuk di Fakultas Hukum di University of Recife. Disana Ia juga belajar
filsafat dan psikologi. Dalam periode inilah dia mulai mengenal karya-karya
Marx yang nantinya mempengaruhi pemikirannya. Karier Freire sebagai direktur
Departemen Pendidikan dan kebudayaan di The
State of Pernambuco membuat Freire memiliki hubungan langsung dengan
masyarakat miskin. Freire juga melakukan program untuk melakukan pemberantasan
buta huruf kepada ribuan petani miskin disana. Ketika militer menguasai Brazil
tahun 1964, seluruh gerakan progresif dibungkam, termasuk Freire. Di penjara
inilah muncul karya pertama Freire tentang pendidikan, Education as the Practice of Freedom. Selain itu, Ia juga membuat
buku berjudul Pedagogy of the Oppressed yang
juga membahas tentang pendidikan.
Visi pendidikan Freire adalah bagaimana pendidikan menjadi
kesatuan antara teori dan praxis untuk melihat dan mengubah realitas sosial
masyarakat yang penuh dengan penindasan. Pendidikan, ditujukan untuk humanisasi
diri dan sesama, melalui tindakan sadar untuk mengubah dunia (Freire dikutip
dari Pramono: 2012). Pendidikan bagi kaum tertindas bukan hanya mencoba
memberikan teori yang kering atas pertanyaan dari realitas, lebih dari sekedar
itu, harus merupakan pemberi motivasi untuk kehidupan. Sedangkan pendidikan bagi
kaum tertindas sendiri, menurut Freire sebagaimana dikutip dari Pramono (2012),
adalah
…makes oppression and its causes objects of reflection
by the oppressed, and from that reflection will come their necessary engagement
in the struggle for their liberation. And in the struggle this pedagogy will be
made and remade.
Inti dari pandangan Freire tentang pendidikan adalah sebagai
upaya untuk penyadaran (conscientizacao).
Dalam hal ini Freire menggolongkan pendidikan yang ada saat itu sebagai
pendidikan yang membuat kesadaran magis tetap terus langgeng. Kesadaran magis
sendiri adalah kesadaran yang tidak mampu menjelaskan kaitan antara satu faktor
dan faktor lainnya sehingga apa yang ada dianggap sebagai sebuah kebenaran yang
tidak bisa diubah. Kesadaran ini membuat masyarakat tidak berdaya. Untuk itu
Freire ingin membuat kesadaran magis itu menjadi kesadaran kritis melalui
pendidikan. Kesadaran kritis merupakan kesadaran yang mampu melihat sistem dan
struktur yang menjadi dasar dari suatu masalah.
Perbedaan conscientizacao
dengan sistem pendidikan lainnya adalah tidak adanya jawaban yang telah
final. Setiap individu memiliki kebenaran yang sama, hanya terdapat perbedaan
dalam melihat dan memformulasikan jawaban tersebut. Conscientizacao bukanlah tujuan sederhana yang harus dicapai,
tetapi merupakan tujuan puncak dari pendidikan untuk kaum tertindas (William
Amith dalam Pramono, 2012).
Upaya transformasi kesadaran magis menjadi kesadaran kritis
ini diupayakan Freire melalui pendidikan yang bersifat dialogis-kritis,
mengantarkan guru dan murid untuk duduk bersama menyelesaikan suatu masalah. Karena
kaum tertindas tidak dapat masuk begitu saja untuk menghancurkan propaganda dan
manipulasi realitas, mereka harus turut serta bersama guru-gurunya untuk secara
kritis memperoleh pengetahuan tentang realitas. Dialog, menurut Freire
merupakan tindakan revolusioner, yaitu pengetahuan empiris yang bertemu dengan
pengetahuan kritis. Dalam konteks dialog yang teoritis, fakta yang dihadirkan
keadaan nyata secara kritis bisa dianalisis. Analisis ini melibatkan pengujian
atas abstraksi dengan cara mempresentasikan realitas konkret yang dilakukan
dengan mencapai pengetahuan tentang realitas itu. Instrumen untuk itu adalah
kodifikasi, atau representasi eksistensial murid. Kodifikasi menghadirkan
realitas yang ada, kemudian dianalisis dalam konteks dimana mereka hidup. Hasil
akhir dari kodifikasi ini adalah pengakuan (admiration)
terhadap realitas yang akan membuat murid ragu terhadap persepsi akan realitas
hidup sebelumnya dan menggantinya dengan pengetahuan yang lebih kritis.
Pandangan tentang pendidikan yang dialogis ini dari aspek
historis merupakan antitesa dari pendidikan banking
(istilah yang dibuat sendiri oleh Freire). Banking Education dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan yang dapat
ditransfer dari satu orang kepada orang lain, seperti uang dan barang. Pengajar
mendominasi murid adalah ciri dari model pendidikan ini. Menurut Freire, model
pendidikan ini membuat dikotomi kesadaran dan dunia, oleh karenanya pendidikan
model ini telah mendomestifikasi realitas.
Kesadaran kritis merupakan prasyarat dalam melakukan
transformasi sosial. Sebagai contoh, kekuasaan kaum penindas tidak akan
langgeng tanpa kesadaran dan eksistensi dari yang tertindas itu sendiri.
Menurut Pramono (2012), penindas dan yang tertindas merupakan manifestasi dari
dehumanisasi. Penindas didehumanisasikan oleh tindak penindasan yang
membutakannya bahwa itu bisa menghancurkan dirinya sendiri, sementara yang
tertindas didehumanisasi oleh realitas eksistensial penindas dan internalisasi
bayang-bayang penindas. Terjadi identitas ganda dari eksistensi penindas itu
sendiri. Karena pendidikan bertujuan untuk humanisasi, dan penindas dan yang
tertindas sama-sama dalam keadaan dehumanisasi, maka tugas kaum tertindaslah
untuk membebaskan dirinya sendiri dari penindas-penindasnya.
Assalamkum , Ijin Shere, Syukur-syukur Berguna Kami Produsen & Supplier Furniture Mungkin Bisa Di Add PIN saya Buat Silatuhrahmi, Atau Nambah-nambah Relasi Dengan Kami.
BalasHapusPin: 29B6FE54
Call Us : 082-220-960-468.
Email: fauzulghufron@gmail.com
web:www.galeryfurniturejepara.com
web: www.indomebeljati.com,
Addres: JL. Jepara -Kudus, Desa Tahunan, Kec Tahunan, Kab Jepara, Jawa Tengah, Indonesia , Pos:59451, Dengan Senag Hati Menjalin Silatuhrahmi dengan anda Amin , Semoga Bermanfaat