Partai
Rakyat Demokratik (selanjutnya disingkat PRD) memiliki sejarah penbentukan yang cukup singkat.
Dengan latarbelakang kondisi sosial politik represif zaman orde baru PRD lahir
sbagai gerakan radikal dengan mengusung asas sosial demokrasi[1]
dengan salahsatu pendirinya yaitu Budiman Sujatmiko[2].
Menurut Miftahuddin (2004: 75), secara kronologis sejarah PRD dapat dibagi
dalam enam tahap. Pertama, pembangunan perlawanan terhadap rezim. Kedua,
penyatuan organisasi perlawanan. Ketiga, pembentukan Persatuan Rakyat
Demokratik. Keempat, dideklarasikannya PRD. Tahap kelima, perjuangan bawah
tanah. Dan tahap keenam, perjuangan parlementer.
Jumat, 09 November 2012
Jumat, 13 April 2012
Demonstrasi Setengah Hati
Demonstrasi merupakan salah satu cara yang sering digunakan dalam menyampaikan aspirasi. Kebebasan demonstrasi ini, sebagaimana kita ketahui, tidaklah dapat dirasakan ketika kita masih berada pada zaman otoriter Suharto dengan UU Subversiv-nya. Namun ketika Suharto lengser dan reformasi bergulir, maka iklim demokrasi dibuka seluas-luasnya, selebar-lebarnya. Memang, keadaan ini selain membawa dampak yang sangat baik namun juga membawa implikasi terselubung, diantaranya tidak hanya mahasiswa saja yang bisa melakukan demonstrasi. Buruh, tani, LSM, semua berlomba-lomba melakukan demostrasi menyauarakan aspirasinya asalkan mereka memiliki masa. Akhirnya muncullah demonstran bayaran, demonstrasi titipan, dll.
Kapitalisme: Asal Usul dan Perkembangannya[1]
Sebelum adanya Revolusi Industri, masyarakat eropa adalah masyarakat yang sangat bercorak feodalistik. Masyarakat feodal dibangun dari masyarakat tuan tanah, tanah garapan, penggarap tanah, dan sedikit masyarakat pemilik modal (yang merupakan partner tuan tanah untuk menjual komoditasnya). Hubungan antara tuan tanah dan penggarap tanah dianggap sebagai hubungan suci. Penggarap tanah menganggap ketika mereka mengabdi kepada tuan tanah, itu artinya mereka mengabdi kepada tuhan.
Jumat, 30 Maret 2012
Beberapa Jam Menjelang Demonstrasi Menolak Kenaikan BBM
Waktu telah merujuk
hampir pukul 02.30 dini hari namun mata ini belum juga dapat dipejamkan.
Sebentar lagi, tepatnya beberapa jam lagi saya dan rekan-rekan mahasiswa akan
melakukan demonstrasi besar besaran menolak kenaikan harga BBM yang
direncanakan akan naik pada 1 April.
Sabtu, 18 Februari 2012
Masih Adakah Tempat Bagi Perpustakaan Konvensional ?
Dalam era digital
seperti sekarang dimana segala sesuatu menjadi lebih mudah karena penggunaan
teknologi yang kian pesat, keberadaan perpustakaan konvensional yang sebagian
koleksinya terdiri dari koleksi tercetak menjadi dipertanyakan eksistensinya.
Dengan adanya internet, dimana kita dapat mencari informasi dengan sangat
mudah, tentu orang akan berpikir, untuk apa lagi ke perpustakaan dan mencari
buku dengan susah payah. Dengan kerangka berpikir seperti itu, tentu ke
depannya, keberadaan perpustakaan menjadi kurang dibutuhkan, atau mungkin tidak
dibutuhkan sama sekali. Benarkah demikian?
Langganan:
Postingan (Atom)