Menurut Karl Marx, seluruh pelaku utama
dari perilaku masyarakat adalah kelas-kelaas sosial. Masih menurut Marx dalam
karya Manifesto Komunisnya, sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas,
kelas yang ‘tinggi’ akan selalu menindas kelas yang ‘rendah’ dengan berbagai
cara, dan akan selalu seperti itu. Maka, untuk membebaskan segala bentuk
penindasan tersebut haruslah dilakukan melalui sebuah perjuangan kelas.
Permasalahannya, Marx tidak pernah sekalipun menguraikan pemikirannya tentang
teori ini melalui sebuah tulisan. Namun, teori perjuangan kelas ini termuat
secara implisit dalam semua teorinya yang eksplisit.
Apa Itu Kelas Sosial?
Secara sederhana, kelas sosial adalah
golongan dalam masyarakat, tentu dengan kriteria tertentu. Menurut Lenin, kelas
sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang
ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. namun, menurut Marx
sendiri, kelas sosial merupakan gelaja khas masyarakat feodal, dimana mereka
menyadari diri sebagai kelas, suatu golongan khusus dalam masyarakat, dan
memiliki kepentingan-kepentingan spesifik serta mau memperjuangkannya.
Kelas Atas dan Kelas bawah
Menurut Karl Marx, pelaku utama
perubahan sosial bukanlah individu, melainkan kelas-kelas sosial. Yang harus
diperhatikan adalah bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka, dimana ada
kelas-kelas yang berkuasa serta kelas-kelas yang dikuasai. Disinilah pengertian
dari kelas atas dan kelas bawah menurut Marx.
Kedua kelas sosial tersebut sebetulnya
saling membutuhkan: buruh hanya dapat bekerja apabila pemilik modal membuka
tempat kerja baginya, dan majikan hanya akan beruntung jika mesin-mesin dan
pabrik-pabrik diproses oleh buruh. Namun, meskipun si majikan tidak mempunyai
keuntungan kalau pabriknya tidak berjalan, ia masih dapat hidup dari modal yang
dikumpulkannya. Dengan demikian, kelas majikan adalah kelas yang kuat dan buruh
adalah kelas yang lemah. Dan memang pada hakikatnya hubungan antara kelas atas
dan kelas bawah adalah hubungan penghisapan atau eksploitasi.
Individu, Kepentingan Kelas, dan
Revolusi
Pertentangan antara kelas buruh dan
kelas majikan terletak pada kepentingan kedua kelas tersebut yang sama sekali
berlainan. Pada kelas majikan, kepentingan mereka tidak lain adalah
mengusahakan laba sebanyak mungkin agar dapat mempertahankan diri di pasar
bebas. Dan dengan sendirinya para majikan akan memaksakan biaya serendah
mungkin kepada para buruh. Begitu pula sebaliknya, buruh berkepentingan untuk
memperoleh upah sebesar-besarnya, jam kerja minimum, menguasai kondisi
pekerjaan, lalu pada akhirnya mengambil alih pabrik tempat mereka bekerja dari
tangan pemilik.
Menurut Marx, kondisi yang seperti ini
tidaklah stabil. Kepentingan dua kelas yang tidak dapat diperdamaikan. Tetapi,
ketika kekuasaan kelas atas berkurang dan kelas buruh makin kuat, kaum buruh
akan dapat memenangkan kepentingan mereka. Revolusi akan terjadi dan hak milik
pribadi dihapuskan.
Revolusi tidak lain adalah perubahan
dengan cara pertumpahan darah, karena disini jelas bahwa segi yang kuat adalah
struktur ekonomi dan bukan tentang moralitas atau segi kesadaran. Perdamaian
antar kelas dan perbaikan kedudukan kelas bawah melalui reformasi adalah tidak
mungkin. Marxisme menentang segala usaha reformasi tersebut karena menurut
paham marxis reformasi hanya akan menguntungkan kelas atas karena mengerem
perjuangan kelas bawah untuk membebaskan diri.
Negara Kelas
Menurut Marx, semua sistem ekonomi dan
politik telah dikuasai oleh kelas atas, atau bisa disebut sebagai negara kelas,
dimana sebuah negara dikuasai oleh golongan tertentu (kelas atas). Karena itu,
sampailah Marx pada satu kesimpulan bahwa negara hanyalah kepanjangan tangan
dari kelas atas untuk mengamankan status quo mereka. Perspektif negara kelas
mungkin dapat menjelaskan mengapa yang biasanya menjadi korban adalah rakyat
kecil, meengapa pencuri kecil dihukum lebih berat dari koruptor, mengapa
penjara lebih banyak disesaki oleh rakyat kecil, mengapa kelas atas terkesan
kebal hukum, dll.
Ideologi
Mengajukan sesuatu sebagai kepentingan
umum yang sebenarnya merupakan kepentingan egois pihak yang berpamrih, itulah
inti dari apa yang disebut Marx sebagai ideologi. Satu contoh mengenai argumen
ini adalah ideologi kapitalisme/liberalisme. Memang, kapitalisme/liberalisme
memberikan kesempatan yang sama pada semua orang, namun, ingat,
kapitalisme/liberalisme tidaklah memberikan kekuatan yang sama pada setiap orang.
Maka yang terjadi adalah kebebasan kelas atas untuk menindas kelas bawah dan
kelas bawah pun ‘dengan bebas’ menerima apapun yang diperlakukan terhadapnya.
Selain itu, kritik Marx yang lebih luas
tentang ideologi, yang sangat terkenal pula, adalah kritik Marx terhadap agama.
Menurut Marx, agama adalah candu rakyat. Candu memang memberikan kepuasan,
namun tidak sama sekali merubah realita yang terjadi. Agama menjanjikan
ganjaran yang nikmat diakhirat kelak jika orang menerima nasibnya dan bersabar.
Maka yang terjadi, dengan agama tersebut kelas bawah bukannya memperjuangkan
perbaikan nasib mereka malahan hanya bersabar dan menerima saja apa yang
terjadi pada dirinya. Hal ini justru menguntungkan kelas penindas (atas).
Tanggapan
Pertama, yang mesti diingat, Marx selain
seorang filsuf besar, juga dia adalah ahli dalam sosiologi dan ilmu ekonomi.
Pemikirannya menjadi semacam spirit hingga tokoh macam Tan Malaka dan Sukarno
menjadikannya sebagai guru spiritual. Namun, dia juga adalah seorang yang
‘seperti bukan manusia’. Tingkah laku nya berbeda dari kebanyakan orang. Dari
sebuah buku tentang freemansory yang pernah saya baca, terlepas dari
pemikirannya yang cemerlang, Marx adalah seorang yang sangat jarang ke kamar
kecil, apalagi mandi. Juga adalah pribadi yang terasing dari lingkungannya dan
gagal dalam membentuk sebuah keluarga. Saya pun akan sangat percaya bahwa Marx
tidak akan menjadi Marx yang kita kenal sekarang jikalau tidak ada Engels,
sobat karibnya yang terlampau baik yang menanggung seluruh biaya hidup Marx.
Hal ini tentu membuat kita jangan terlalu mendewa-dewakan siapapun, secemerlang
apapun pemikirannya.
Mengenai ajarannya, terutama dalam
perjuangan kelas, ada ganjalan dalam hati saya berupa beberapa pertanyaan
tentang teori kelas ini. Pertama, terlihat jelas bahwa menurut Marx,
perubahan-perubahan terjadi hanya karena pertentangan kelas berdasarkan
struktur ekonomi saja. Dimanakah, misalnya, kaum agamawan dalam
perubahan-perubahan ini? Adakah kaum lain selain yang ada dalam struktur
masyarakat ekonomi ini terpinggirkan begitu saja dan tidak memiliki kontribusi
apapun?
Selain itu, sayapun agak sangsi dengan
pernyataan Marx bahwa pertentangan kelas sedemikian hebatnya hingga tak pernah
ditemukan suatu keputusan bersama –yang tentunya menguntungkan kedua belah
pihak-, apalagi sampai kepada pernyataan bahwa sejarah manusia adalah sejarah
pertentangan kelas.
Khusus untuk pernyataan Marx bahwa agama
adalah candu masyarakat, agaknya perlu untuk melihat latar belakang kehidupan
Marx. Ayah Marx adalah seorang Yahudi namun dengan mudah pindah agama menjadi
Kristen Protestan dengan alasan agar mudah menjadi pengacara. Mungkin Marx
melihat suatu keanehan disini, dan perkembangannya memang Marx hanya melihat
agama sebagai pelarian masyarakat dari realitas.
Saya memang kurang tahu bagaimana ajaran
agama saat itu, namun, apakah ada agama yang tidak mengajarkan adanya suatu
usaha untuk mencapai keingian? Sesuatu yang tentu sangat bertentangan dengan
anggapan Marx bahwa agama hanya membuat masyarakat lemah dan bersifat pasif,
iklas, dan menerima begitu saja apa yang terjadi pada dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar