Tugas gerakan mahasiswa saat ini adalah mendefinisikan ulang diri mereka
sendiri dan posisi mereka dalam relasi antar masyarakat. Hal ini menjadi
penting mengingat gerakan mahasiswa
semakin kehilangan esensinya dalam iklim demokrasi liberal seperti saat ini. Proses
pendefinisian ulang inipun termasuk membongkar mitos-mitos yang telah berakar dalam
diri mahasiswa itu sendiri. Penyambung lidah rakyat, agen perubahan, pemimpin
masa depan, atas nama rakyat, serta berbagai macam jargon-jargon yang telah
kita terima bahkan ketika baru menginjakkan kaki di kampus adalah hal-hal yang
patut dikritisi bersama. Bagi penulis, tujuan akhir dari proses pendefinisian ulang ini adalah kesadaran
kolektif mahasiswa dalam relasi antarmasyarakat dan bagaimana melakukan gerakan
dalam kesadaran kolektif yang telah didefinisikan ulang tersebut.